PEMBAHASAN
BAB I
Psikologi Perkembangan Anak dari 0 –
5 tahun
Sangatlah tidak bisa dipisahkan
mengenai perkembangan dan pertumbuhan anak saat lahir. Perkembangan motorik dan
fisik anak sangatlah berhubungan dengan pertumbuhan psikis anak. Oleh karena
itu psikologli perkembangan anak usia dini berkaitan dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak secara menyeluruh.
Anak akan mengalami suatu periode
yang dinamakan sebagai masa keemasan anak saat usia dini dimana saat itu anak
akan sangat peka dan sensitif terhadap berbagai rangsangan dan pengaruh dari
luar. Laju perkembangan dan pertumbuhan anak mempengaruhi masa keemasan dari
masing-masing anak itu sendiri. Saat masa keemasan, anak akan mengalami tingkat
perkembangan yang sangat drastis di mulai dari pekembangan berpikiri,
perkembangan emosi, perkembangan motorik, perkembangan fisik dan perkembangan
sosial. Lonjakan perkembangan ini terjadi saat anak berusia 0-8 tahun, dan
lonjakan perkembangan ini tidak akan terjadi lagi di periode selanjutnya.
Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif anak terbagi
ke dalam beberapa tahap:
Tahap Sensorimotor, pada tahap ini kemampuan anak
hanya pada gerakan refleks, mulai mengembangkan kebiasaan-kebiasaan awal,
mereproduksi berbagai kejadian yang menurutnya menarik, mulai menggunakan
berbagai hal atau peralatan guna mencapai tujuannya, melakukan berbagai
eksperimen dan anak sudah mulai menemukan berbagai cara baru. Tahap
sensorimotor terjadi saat usia 0-2 tahun.
Tahapan Pra-operasional, pada tahap ini anak mulai menerima
berbagai rangsangan yang masih terbatas, Kemampuan bahasa anak mulai
berkembang, meskipun pola pikirnya masih bersifat statsi dan masih belum mampu
untuk berpikir secara abstrak, persepsi mengenai waktu dan mengenai tempat
masih tetap terbatas. Tahap pra-operasional berkembang saat usia anak 2-7
tahun.
Tahap konkret operasional, pada tahap ini anak sudah bisa
menjalankan operasional dan berpikirnya mulai berpikir secara rasional. Dalam
tahap ini tugas-tugas seperti menyusun, melipat, melakukan pemisahan,
penggabungan, menderetkan dan membagi sudah dapat dilakukan oleh anak. Tahap
konkret operasional berlangsung pada usia 7-11 tahun.
Tahap Formal Operasional, dalam tahap ini anak sudah mulai
beranjak sebagai seorang remaja. Dalam tahap ini, anak sudah mulai berpikir
secara hipotetik, yaitu penggunaan hipotesis yang relevan sudah dilakukan anak
guna memecahkan berbagai masalah. Sudah mampu menampung atau berpikir terhadap
hal-hal yang menggunakan prinsip-prinsip abstrak, sehingga anak sudah bida
menerima pelajaran-pelajaran yang bersifat abstrak seperti matematika, agama
dan lain-lain.
Perkembangan Fisik Anak
Mengenai perkembangan fisik anak
bisa dilihat dari perkembangan motroik anak. Perkembangan motorik anak ini
terbagi lagi ke dalam perkembangan motorik halus dan perkembangan motorik
kasar.
Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia dini
terbagi ke dalam beberapa tahap, yaitu:
Periode prelingual, usia anak 0-1 thn, ciri utama
adalah anak mengoceh untuk dapat berkomunikasi dengan orang tua, anak masih
bersifat pasif saat menerima stimulus dari luar tapi anak akan menerima respon
yang berbeda. Contoh: bayi akan senyum kepada orang yang dikenalnya dan
menangis kepada orang yang tidak dikenal dan ditakutinya.
Periode Lingual, usia antara 1-2,5 tahun, dalam
taha ini anak sudah mampu membuat sebuah kalimat, satu atau dua kata dalam
percakapannya dengan orang lain.
Periode Diferensiasi, usia anak 2,5 - 5 thn, anak sudah
memiliki kemampuan bahasa sesuai dengan peraturan tata bahasa yang baik dan
benar. Permbendaharaan katanya sudang berkembang secara baik dilihat dari segi
kuantitas dan kualitas.
Perkembangan Sosio-emosional
Perkembangan sosio emosisonal anak
terbagi ke dalam beberapa tahap, yaitu:
Tahap percaya versus curiga (trust
vs mistrust),
usia anak 0-2 tahun, dalam tahap ini anak akan tumbuh rasa percaya dirinya jika
mendapatkan pengalaman yang menyenangkan, namun akan tumbuh rasa curiga jika
anak mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan.
Tahap Mandiri versus Ragu ( Autonomy
vs Shame),
usia anak 2-3 tahun, perasaan mandiri mulai muncul tatkala anak sudah mulai
menguasai seluruh anggota tobuhnya, sifat ragu dan malu akan muncul pada tahap
ini ketika lingkungan tidak memberinya sebuah kepercayaan.
Tahap berinisiatif versus bersalah
(initiative versus guilt), usia anak 4-5 tahun. Pada masa ini anak sudah mulai lepas
dari orang tuanya, anak sudah mampu bergerak bebas dan berhubungan dengan
lingkungan. Kondisi ini dapat menimbulkan inisiatif pada diri anak, namun jika
anak masih belum bisa terlepas dari ikatan orang tuanya dan belum bisa
berinteraksi dengan lingkungan, rasa bersalah akan muncul pada diri anak.
BAB II
Psikologi Perkembangan Anak dari 6 – 12
tahun
Masa
Kanak-kanak lanjut (6-12 tahun)
Adalah
periode ketika anak dianggap mulai dapat bertanggung jawab atas perilakunya
sendiri, dalam hubungannya dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan
orang-orang lainnya. Periode ini adalah saat eman dan sangat penting dalam
mendorong pembentukan harga diri tinggi yang terbentuk di periode ini akan
menjadi modal anak untuk memasuki masa remaja dan tumbuh menjadi remaja yang
lebih percaya diri.
Usia
6-12 tahun juga disebut usia sekolah menjadi pengalaman inti anak usia ini,
yang menjadi titik pusat perkembangan fisik, kogninis dan psikososial.
Antara
usia 7-12 tahun yaitu pada tahapah operasional konkret, anak-anak menguasai
berbagai konsep konservasi untuk melakukan manipulasi logis lainnya. Misalnya,
mereka dapat menyusun benda berdasarkan dimensi, seperti tinggi dan berat.
Mereka juga dapat membentuk penyajian mental mengenai serangkaian tindakan.
Anak-anak yang berumur lima tahun dapat mencari jalan sendiri ke rumah temannya
tetapi tidak dapat menunjukan kepada anda atau menelusuri rute atau menelusuri
dengan kertas atau pensil. Mereka dapat mencari jalan karena mereka tahu harus
membelok pada tempat-tempat tertentu, tetapi mereka tidak mempunyai gambaran
rute secara keseluruhan. Sebaliknya anak-anak berumur 8 tahun sanggup
menggambarkan peta rute itu.
Seorang
psikolog Pieget menamakan masa ini tahapan operasional konkret; meskipun
anak-anak istilah abstrak, mereka hanya memakai hubungannya dengan objek yang
konkret. Sebelum mencapai tahapan akhir perkembangan kognitif, pada tahapan
oprasional formal, yang dimulai sekitar 11-12 tahun, anak-anak sanggup berfikir
logis dengan berbagai istilah simbolik murni.
Perkembangan
anak usia 6-12 ditinjau dari berbagai aspek
Aspek
biologis
Selama
masa kanak-kanak lanjut perubahan fisik yang terjadi sebgai proses kelanjutan
proses pertumbuhan masa bayi dan kanak-kanak awal cenderung berjalan lebih
lambat. Namun pada akhir masa kanak-kanak akan terlihat perubahan yang nyata.
Pada awal periode ini (usia 6 tahun) anak-anak ini masih terlihat seperti anak
kecil. Namun di akhir periode ini
(sekitar usia 12 tahun) anak-anak ini sudah berubah dan mulai tampak sperti
orang dewasa.
Contohnya
:
Pertumbuhan
yang cepat pada ukuran tubuh, daqn kemampuan koordinasi
Pada
anak perempuan mulai muncul payudara sekitar usia 10 tahun.
Aspek
emosi
Menginjak
usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar
tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk
mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya.
Emosi-emosi
yang biasanya di alami pada tahap perkembangan usia sekolah ini adalah marah,
takut, iri hati, kasih sayng, rasa ingin tahu, dan kegembiraan( rasa senang,
nikmat, atau bahagia)
Menurut
DANIEL GOLEMAN dalam bukunya “Emotional
Intellegence” menyatakan bahwa unsur emosi merupakan faktor yang turut
berperan dalam keberhasilan hidp seseorang. Menurut PAPALIA ET AL pada usia 7
atau 8 tahun rasa malu dan kebanggaan, yang tergantung pada kesadarn terhadap
akibat tindakan mereka, akan mempengaruhi pendapat mereka tentang diri mereka
sendiri. Pada periode kanak-kanak lanjut, anak akan lebih empatis dan perilaku
menolong semakin berkembang. Anak-anak juga mulai menontrol emosi negatif .
Aspek
bahasa
Bahasa
adalah saran akomunikasi dengan orang lain. Dalam penegrtian ini mencakup semua
cara berkomunikasi, dimana pikaran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk
tulisan, lisan, isyarat, atau gerak mengunakan kata-kata, kalimat bunyi,
lambang, tulisan. Usia sekolah dasar ini merupakan masa nperkembangan pesatnya
kemampuan mengebal dan mengusai perbendaharaan kata ( vocabulary ). Pada awal
masa ini, anak sudah mengusai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir
(usia11-12tahun) telah dapat menguasai 50.000 kata.
Dengan
dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi, anak sudah gemar membaca
cerira-cerita bersifat kritis dan aka ada banyak pertanyaan-pertanyaan yang
bermunculan seperti: “dimana”, “darimana”, “ kemana”, “mengapa”, dan
“bagaimana”.
Aspek
motorik
Seiring
perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka perkembangan motorik anak
sudah dapat terkordinasi dengan baik. Pada masa ini ditandai dengan kelebihan
gerakan atau aktivitas motoric yang lincah. Oleh karena itu waktu ini dapat
digunakan anak untuk mempelajari keterampilan seperti menulis, menggambar,
melukis, mengetik, berenang, main bola dan aletik.
Sesuai
perkembangan fisik ( motoric ) maka di kelas permulaan sangat cepat diajarkan:
Dasar-dasar
keterampilan untuk menulis dan menggambar.
Keterampilan
dalam menggunakan alat-alat olahraga (menerima, menendang dan memukul)
Grakan-gerakan
untuk meloncat, berlari, berenang, dan sebaginnya.
Baris-berbaris
secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan, ketertiban dan kedisiplinan.
Aspek
Intlegensi
Pada
usia sekolah dasar (6-12tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan
intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan
kognitif (seperti:membaca, menulis dan menghitung).
Periode
ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu
mengklasifikasikan (mengelompokan), menyusun atau mengasiosikan (menghubungkan
atau menghitung) angka-angka atau bilangan.
Kemampuan
intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai
kecakapan yang dapat mengembangkan pola piker atau daya analatnya. Kepada anak
sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan, seperti pengetahuan tentang
manusia, hewan, lingkungan alam sekitar. Untuk dapat mengungkapkan pendapat,
gagasan atau penilaiannya terhadap berbagai hal, baik yang dialaminya maupun
peristiwa yang terjadi dilingkungannya.
Aspek
sosial
Maksud
perkembangan social disini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan social.
Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri deengan
norma-norma kelompok. Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan
menyesuaikan diri-sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja
sama) atau sosiosentris (mau
memperhatikan kepentingan orang lain).
Berkat
perkembangan social ini anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelomok teman
sebayanya maupun dengan lingkungan yang ada disekitarnya.
Mengacu
pada teori Erikson tentang perkembangan psiko social, masa kanak-kanak lanjut
berada pada tahap 4 yaitu industry vs inferiority. Pada tahap ini anak ingin
memasuki tahap lebih luas dalam hal pengetahuan dan pekerjaan.
Aspek
Moral
Anak
mulai mengenal konsep moral (mengenal benar sah atau baik-buruk) pertama kali
dengan lingkungan keluarga. Pada masa mulanya, mungkin anak tidak mengerti
konsep moral ini, tetapi lambat laun anak akan memahaminya. Usaha menanamkan
konseop moral harus ditanamkan dari anak berusia dini, karena informasi yang
diterima anak mengenai benar- salah atau baik-buruk akan menjadi pedoman pada
tingkah laku-nya dikemudian hari .
Pada
usia sekolah dasar anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari
orang tua atau lingkungan sosialnya. Disamping itu, anak sudah dapat
mengasosiasikan setiap bentuk prilaku dengan konsep benar-benar atau
baik-buruk.
Misalnya
dia memandang perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada orang tua
merupakan suatu yang salah atau buruk. Sedangkan perbuatan jujur, adil, dan
sikap hormat kepada orang tua merupakan suatu yang baik.
Aspek
agama
Periode
usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai
kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anaka akan sangat dipengaruhi
oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya. Berkaitan dengan hal
tersebut, pendidikan disekolah dasar mempunyai peranan yang sangat penting.
Oleh karena itu, pendidikan agama (pengajaran, pembiasaan, dan penanaman
nilai-nilai) di sekolah dasar harus menjadi perhatian semua pihak yang
terlibat.
KESIMPULAN
v Anak bersifat unik. Masing-masing
anak berbeda satu sama lain. Anak memiliki bawaan, minat, kapabilitas, dan
latar belakang kehidupan masing-masing. Dengan demikian, meskipun terdapat pola
urutan umum dalam perkembangan anak yang dapat diprediksi, pola perkembangan
dan belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lain. Di samping memiliki
universalitas, menurut Bredekamp (1987), anak juga memiliki keunikan tersendiri
seperti dalam gaya belajar, minat, dan latar belakang keluarga.
Anak
mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan. Perilaku yang ditampilkan
anak umumnya relatife asli, tidak ditutup-tutupi. la akan marah, kalau memang
mau marah; dan ia akan menangis, kalau memang mau menangis. la memperlihatkan
wajah yang ceria di saat bergembira, dan ia memperlihatkan muka murung ketika
bersedih hati, tak peduli dimana ia berada dengan siapa.
v Anak bersifat aktif dan energik.
Anak lajimnya senang melakukan berbagai akt ivitas. Selama terjaga dari tidur,
anak seolah tak pernah berhenti dari beraktivitas, tak pernah lelah, dan tak
pernah bosan. Terlebih lagi kalau anak dihadapkan pada suatu kegiatan baru dan
menantang. Bagi anak, gerak dan aktivitas merupakan suatu kesenangan. Anak akan
lebih tahan untuk melakukan sesuatu yang melibatkan gerakan fisik daripada
duduk dan memperhat ikan sesuatu yang dijelaskan oleh guru. Lebih lanjut,
aktivitas dan gerak fisik juga merupakan kebutuhan belajar dan perkembangan.
Gerakan-gerakan fisik sangat esensial tidak hanya untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan fisik, tetapi juga untuk meningkatkan dapat
meningkatkan banyak bidang perkembangan lainnya sosial, emosional, kreativitas,
dan kognitif .
v Anak itu egosentris. Dengan sifatnya
yang egosentris, ia lebih cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut
pandang dan kepentingannya sendiri. Karena itu tidaklah heran kalau anak kadang
masih berebut alat-alat mainan, menangis bila menghendaki sesuat u yang t idak
dipenuhi o leh orang t uanya, at au memaksakan sesuatu terhadap orang lain.
Karakteristik seperti ini terkait dengan perkembangan kognitifnya. Menurut
Piaget, anak seusia ini (2 -7 tahun) sedang berada pada fase transisi dari fase
praoperasional (2-7 tahun) ke fase operasional konkrit (7-11 tahun). Sementara
pada fase praoperasional pola berpikir anak bersifat egosentrik dan simbolik,
pada fase operasional konkrit anak sudah mulai menerapkan logika untuk memahami
persepsi-persepsi. Menurut Berk (1988), anak yang berada pada masa transisi ini
masih berpikir menurut kedua pola berpikir tersebut secara bergantian atau
kadang-kadang secara simultan. Misalnya, ia mengetahui jawaban yang benar untuk
sesuatu, tetapi tidak memahami logika di balik jawaban itu.
v Anak memiliki rasa ingin tahu yang
kuat dan antusias terhadap banyak hal. Karakteristik perilaku seperti ini
terutama menonjol pada sekitar usia 4 -5 tahun. Karena itu adalah sangat lajim
jika anak pada usia ini banyak memperhatikan, membicarakan, dan mempertanyakan
berbagai hal yang sempat dilihat dan didengarnya, terutama terhadap hal-hal
yang baru. Dengan karakteristik seperti ini, Peck, J.T., et al (1987) memandang
masa anak usia dini ini sebagai masa yang bergairah untuk belajar.
v Anak bersifat eksploratif dan
berjiwa petualang. Terdorong oleh rasa ingin tahu yang kuat terhadap segala
hal, anak lajimnya senang menjelajah, mencoba, dan mempeiajari hal-hal baru. la
senang membongkar pasang alat-alat mainan yang baru dibelinya. Kadang-kadang ia
terlibat secara intens dalam memperhatikan, mempermainkan, dan/atau melakukan
sesuatu dengan benda-benda yang dimilikinya.
v Anak umumnya kaya dengan fantasi.
Anak senang dengan hal-hal yang bersifat imajinatif. la kadang-kadang dapat
bercerita melebihi pengalaman-pengalaman aktualnya atau kadang bertanya tentang
hal-hal yang gaib sekalipun. Ini berarti bahwa cerita dapat merupakan suatu
kegiatan yang banyak digemari oleh anak.
v Anak masih mudah frustrasi. Umumnya
anak masih mudah menangis atau mudah marah bila keinginannya tidak terpenuhi.
Kondisi seperti ini terkait dengan s ifat. egosentrisnya yang masih kuat, sifat
spontanitasnya yang masih tinggi, serta rasa empatinya yang masih relatif
terbatas.Ø
Anak masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu. Anak belum memiliki
rasa pertimbangan yang matang, termasuk berkenaan deng an hal-hal yang
membahayakan. Ini mengimplikasikan perlunya lingkungan perkembangan dan belajar
yang aman bagi anak sehingga anak dapat terhindar dari kondisi-kondisi yang
membahayakan.
v Anak memiliki daya perhatian yang
pendek. Anak lajimnya memiliki daya perhatian yang pendek, kecuali terhadap
hal-hal yang secara intrinsik menyenangkan. la masih sangat sulit untuk duduk
dan memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu yang lama. Menurut Berg (1988),
sepuluh menit adalah waktu yang wajar bagi anak usia sekitar 5 tahun untuk
dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara nyaman.
v Anak merupakan masa belajar yang
paling potensial. Masa anak usia dini kadang disebut golden age atau magic
years. Diungkapkan oleh Brenner, B. (1990: 29), "Of all the ages and
stages that children go through, no time seems to have more potential for
learning than these early years". Guna mewujudkan pemahaman ini, sejak t
ahun 1990-an bahkan NAEYC mengkapanyekan masa - masa awal kehidupan ini sebagai
masa-masanya belajar dengan slogannya sebagai berikut, "Early Years are
Learning Years".
v Anak semakin menunjukkan minat
terhadap teman. Seiring dengan perkembangan keterampilan fisiknya, anak usia
ini menjadi semakin berminat pada teman - temannya. la mulai menunjukkan
kemampuan untuk bekerjasama dan berhubungan dengan teman-temannya. la sudah
memiliki penguasaan sejumlah perbendaharaan kata yang cukup untuk berkomunikasi
dengan orang lain. Dalam memilih teman, mereka masih melakukannya terutama
berdasarkan kesamaan aktivitas dan preferensi. Namun perlu diingat bahwa sikap
egosentris anak pada usia ini kadang-kadang masih melekat pada sikapnya. Singkatnya,
anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu prosesperkembangan
dengan sangat pesat dan sangat fundament al bagi kehidupanselanjutnya. la
memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari duniadan
karakteristik orang dewasa. la sangat aktif, dinamis, antusias, dan hampir
selaluingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, serta seolah-olah
tak pernahberhenti "belajar".
v
Berikut
adalah daftar Karakteristik anak yang terjadi pada rentang usia 0–12 tahun:
Anak usia 0-5 tahun
o Kemampuan
Kognitif anak
o Karakteristik
Emosi
o Kemampuan
Nilai Agama anak
o Karakteristik
Social
o Kemampuan
Fisik Motorik anak
o Kemampuan
Bahasa anak
o Kemampuan
Seni anak
o Kecerdasan
Linguistik
o Kecerdasan
Logika Matematik
o Kecerdasana
Visual Special
o Kecerdasan
Interpersonal
o Kecerdasan
Intrapersonal (antar pribadi)
o Kecerdasan
Musikal
o Kecerdasan
Naturalis
Anak usia 6-12 tahun
ü Anak
usia 6-7 tahun
o Mulai
membaca dengan lancer
o Cemas
terhadap kegagalan
o Peningkatan
minat pada bidang spiritual
o Kadang
malu saat sedih
ü Anak
usia 8-9 tahun
o Kecepatan
dan kehalusan motoric meningkat
o Mampu
menggunakan peralatan rumah tangga
o Keterampilah
lebih individual
o Ingin
terlibat dalam sesuatu
o Menyukai
kelompok dan mode
o Mencari
teman secara aktif
ü Anak
usia 10-12 tahun
o Perubahan
sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh yang berhubungan
o Mampu
melakukan aktifitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur pakaian sendiri,
dll.
o Adanya
keinginan anak untuk menyenangkan dan membantu orang lain.
o Mulai
tertarik dengan lawan jenis.
DAFTAR PUSTAKA
Internet
:
http://www.slideshare.net/innaa123/karakteristik-perkembangan-anak-usia-dini-aud
Buku
:
Hurlock, Elizabeth B. 1998. Psikologi
Perkembangan, terj. Istiwidiyanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga
Syamsu yusuf, Psikologi perkembangan anak dan
remaja, op, cit.hal.178
Lyndon saputra, Pegantar
Psikologi,Batam,Interaksa,Hal. 153
Agus Dharma & Mickhael Andryanto,
Pengantar Psikolog, Jakarta, Erlangga,hal. 101
Tidak ada komentar:
Posting Komentar