Kamis, 14 Mei 2015

PSIKOLOGI - PERKEMBANGAN ANAK O-5 TAHUN



PEMBAHASAN
BAB I

Psikologi Perkembangan Anak dari 0 – 5  tahun

Sangatlah tidak bisa dipisahkan mengenai perkembangan dan pertumbuhan anak saat lahir. Perkembangan motorik dan fisik anak sangatlah berhubungan dengan pertumbuhan psikis anak. Oleh karena itu psikologli perkembangan anak usia dini berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh.
Anak akan mengalami suatu periode yang dinamakan sebagai masa keemasan anak saat usia dini dimana saat itu anak akan sangat peka dan sensitif terhadap berbagai rangsangan dan pengaruh dari luar. Laju perkembangan dan pertumbuhan anak mempengaruhi masa keemasan dari masing-masing anak itu sendiri. Saat masa keemasan, anak akan mengalami tingkat perkembangan yang sangat drastis di mulai dari pekembangan berpikiri, perkembangan emosi, perkembangan motorik, perkembangan fisik dan perkembangan sosial. Lonjakan perkembangan ini terjadi saat anak berusia 0-8 tahun, dan lonjakan perkembangan ini tidak akan terjadi lagi di periode selanjutnya.

Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif anak terbagi ke dalam beberapa tahap:
Tahap Sensorimotor, pada tahap ini kemampuan anak hanya pada gerakan refleks, mulai mengembangkan kebiasaan-kebiasaan awal, mereproduksi berbagai kejadian yang menurutnya menarik, mulai menggunakan berbagai hal atau peralatan guna mencapai tujuannya, melakukan berbagai eksperimen dan anak sudah mulai menemukan berbagai cara baru. Tahap sensorimotor terjadi saat usia 0-2 tahun.
Tahapan Pra-operasional, pada tahap ini anak mulai menerima berbagai rangsangan yang masih terbatas, Kemampuan bahasa anak mulai berkembang, meskipun pola pikirnya masih bersifat statsi dan masih belum mampu untuk berpikir secara abstrak, persepsi mengenai waktu dan mengenai tempat masih tetap terbatas. Tahap pra-operasional berkembang saat usia anak 2-7 tahun.
Tahap konkret operasional, pada tahap ini anak sudah bisa menjalankan operasional dan berpikirnya mulai berpikir secara rasional. Dalam tahap ini tugas-tugas seperti menyusun, melipat, melakukan pemisahan, penggabungan, menderetkan dan membagi sudah dapat dilakukan oleh anak. Tahap konkret operasional berlangsung pada usia 7-11 tahun.
Tahap Formal Operasional, dalam tahap ini anak sudah mulai beranjak sebagai seorang remaja. Dalam tahap ini, anak sudah mulai berpikir secara hipotetik, yaitu penggunaan hipotesis yang relevan sudah dilakukan anak guna memecahkan berbagai masalah. Sudah mampu menampung atau berpikir terhadap hal-hal yang menggunakan prinsip-prinsip abstrak, sehingga anak sudah bida menerima pelajaran-pelajaran yang bersifat abstrak seperti matematika, agama dan lain-lain.
Perkembangan Fisik Anak
Mengenai perkembangan fisik anak bisa dilihat dari perkembangan motroik anak. Perkembangan motorik anak ini terbagi lagi ke dalam perkembangan motorik halus dan perkembangan motorik kasar.

Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia dini terbagi ke dalam beberapa tahap, yaitu:
Periode prelingual, usia anak 0-1 thn, ciri utama adalah anak mengoceh untuk dapat berkomunikasi dengan orang tua, anak masih bersifat pasif saat menerima stimulus dari luar tapi anak akan menerima respon yang berbeda. Contoh: bayi akan senyum kepada orang yang dikenalnya dan menangis kepada orang yang tidak dikenal dan ditakutinya.
Periode Lingual, usia antara 1-2,5 tahun, dalam taha ini anak sudah mampu membuat sebuah kalimat, satu atau dua kata dalam percakapannya dengan orang lain.
Periode Diferensiasi, usia anak 2,5 - 5 thn, anak sudah memiliki kemampuan bahasa sesuai dengan peraturan tata bahasa yang baik dan benar. Permbendaharaan katanya sudang berkembang secara baik dilihat dari segi kuantitas dan kualitas.
Perkembangan Sosio-emosional
Perkembangan sosio emosisonal anak terbagi ke dalam beberapa tahap, yaitu:
Tahap percaya versus curiga (trust vs mistrust), usia anak 0-2 tahun, dalam tahap ini anak akan tumbuh rasa percaya dirinya jika mendapatkan pengalaman yang menyenangkan, namun akan tumbuh rasa curiga jika anak mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan.
Tahap Mandiri versus Ragu ( Autonomy vs Shame), usia anak 2-3 tahun, perasaan mandiri mulai muncul tatkala anak sudah mulai menguasai seluruh anggota tobuhnya, sifat ragu dan malu akan muncul pada tahap ini ketika lingkungan tidak memberinya sebuah kepercayaan.
Tahap berinisiatif versus bersalah (initiative versus guilt), usia anak 4-5 tahun. Pada masa ini anak sudah mulai lepas dari orang tuanya, anak sudah mampu bergerak bebas dan berhubungan dengan lingkungan. Kondisi ini dapat menimbulkan inisiatif pada diri anak, namun jika anak masih belum bisa terlepas dari ikatan orang tuanya dan belum bisa berinteraksi dengan lingkungan, rasa bersalah akan muncul pada diri anak.















BAB II

Psikologi Perkembangan Anak dari  6 – 12  tahun


Masa Kanak-kanak lanjut (6-12 tahun)

Adalah periode ketika anak dianggap mulai dapat bertanggung jawab atas perilakunya sendiri, dalam hubungannya dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang-orang lainnya. Periode ini adalah saat eman dan sangat penting dalam mendorong pembentukan harga diri tinggi yang terbentuk di periode ini akan menjadi modal anak untuk memasuki masa remaja dan tumbuh menjadi remaja yang lebih percaya diri.

Usia 6-12 tahun juga disebut usia sekolah menjadi pengalaman inti anak usia ini, yang menjadi titik pusat perkembangan fisik, kogninis dan psikososial.

Antara usia 7-12 tahun yaitu pada tahapah operasional konkret, anak-anak menguasai berbagai konsep konservasi untuk melakukan manipulasi logis lainnya. Misalnya, mereka dapat menyusun benda berdasarkan dimensi, seperti tinggi dan berat. Mereka juga dapat membentuk penyajian mental mengenai serangkaian tindakan. Anak-anak yang berumur lima tahun dapat mencari jalan sendiri ke rumah temannya tetapi tidak dapat menunjukan kepada anda atau menelusuri rute atau menelusuri dengan kertas atau pensil. Mereka dapat mencari jalan karena mereka tahu harus membelok pada tempat-tempat tertentu, tetapi mereka tidak mempunyai gambaran rute secara keseluruhan. Sebaliknya anak-anak berumur 8 tahun sanggup menggambarkan peta rute itu.
Seorang psikolog Pieget menamakan masa ini tahapan operasional konkret; meskipun anak-anak istilah abstrak, mereka hanya memakai hubungannya dengan objek yang konkret. Sebelum mencapai tahapan akhir perkembangan kognitif, pada tahapan oprasional formal, yang dimulai sekitar 11-12 tahun, anak-anak sanggup berfikir logis dengan berbagai istilah simbolik murni.

Perkembangan anak usia 6-12 ditinjau dari berbagai aspek

Aspek biologis
Selama masa kanak-kanak lanjut perubahan fisik yang terjadi sebgai proses kelanjutan proses pertumbuhan masa bayi dan kanak-kanak awal cenderung berjalan lebih lambat. Namun pada akhir masa kanak-kanak akan terlihat perubahan yang nyata. Pada awal periode ini (usia 6 tahun) anak-anak ini masih terlihat seperti anak kecil. Namun  di akhir periode ini (sekitar usia 12 tahun) anak-anak ini sudah berubah dan mulai tampak sperti orang dewasa.
Contohnya :
Pertumbuhan yang cepat pada ukuran tubuh, daqn kemampuan koordinasi
Pada anak perempuan mulai muncul payudara sekitar usia 10 tahun.

Aspek emosi
Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya.
Emosi-emosi yang biasanya di alami pada tahap perkembangan usia sekolah ini adalah marah, takut, iri hati, kasih sayng, rasa ingin tahu, dan kegembiraan( rasa senang, nikmat, atau bahagia)
Menurut DANIEL GOLEMAN dalam bukunya “Emotional Intellegence” menyatakan bahwa unsur emosi merupakan faktor yang turut berperan dalam keberhasilan hidp seseorang. Menurut PAPALIA ET AL pada usia 7 atau 8 tahun rasa malu dan kebanggaan, yang tergantung pada kesadarn terhadap akibat tindakan mereka, akan mempengaruhi pendapat mereka tentang diri mereka sendiri. Pada periode kanak-kanak lanjut, anak akan lebih empatis dan perilaku menolong semakin berkembang. Anak-anak juga mulai menontrol emosi negatif .

Aspek bahasa
Bahasa adalah saran akomunikasi dengan orang lain. Dalam penegrtian ini mencakup semua cara berkomunikasi, dimana pikaran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak mengunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, tulisan. Usia sekolah dasar ini merupakan masa nperkembangan pesatnya kemampuan mengebal dan mengusai perbendaharaan kata ( vocabulary ). Pada awal masa ini, anak sudah mengusai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir (usia11-12tahun) telah dapat menguasai 50.000 kata.
Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi, anak sudah gemar membaca cerira-cerita bersifat kritis dan aka ada banyak pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan seperti: “dimana”, “darimana”, “ kemana”, “mengapa”, dan “bagaimana”.

Aspek motorik
Seiring perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka perkembangan motorik anak sudah dapat terkordinasi dengan baik. Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerakan atau aktivitas motoric yang lincah. Oleh karena itu waktu ini dapat digunakan anak untuk mempelajari keterampilan seperti menulis, menggambar, melukis, mengetik, berenang, main bola dan aletik.

Sesuai perkembangan fisik ( motoric ) maka di kelas permulaan sangat cepat diajarkan:
Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar.
Keterampilan dalam menggunakan alat-alat olahraga (menerima, menendang dan memukul)
Grakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang, dan sebaginnya.
Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan, ketertiban dan kedisiplinan.


Aspek Intlegensi
Pada usia sekolah dasar (6-12tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang  menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti:membaca, menulis dan menghitung).
Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokan), menyusun atau mengasiosikan (menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola piker atau daya analatnya. Kepada anak sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan, seperti pengetahuan tentang manusia, hewan, lingkungan alam sekitar. Untuk dapat mengungkapkan pendapat, gagasan atau penilaiannya terhadap berbagai hal, baik yang dialaminya maupun peristiwa yang terjadi dilingkungannya.

Aspek sosial
Maksud perkembangan social disini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan social. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri deengan norma-norma kelompok. Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri-sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama)  atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain).
Berkat perkembangan social ini anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelomok teman sebayanya maupun dengan lingkungan yang ada disekitarnya.
Mengacu pada teori Erikson tentang perkembangan psiko social, masa kanak-kanak lanjut berada pada tahap 4 yaitu industry vs inferiority. Pada tahap ini anak ingin memasuki tahap lebih luas dalam hal pengetahuan dan pekerjaan.

Aspek Moral
Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar sah atau baik-buruk) pertama kali dengan lingkungan keluarga. Pada masa mulanya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tetapi lambat laun anak akan memahaminya. Usaha menanamkan konseop moral harus ditanamkan dari anak berusia dini, karena informasi yang diterima anak mengenai benar- salah atau baik-buruk akan menjadi pedoman pada tingkah laku-nya dikemudian hari .
Pada usia sekolah dasar anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Disamping itu, anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk prilaku dengan konsep benar-benar atau baik-buruk.
Misalnya dia memandang perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada orang tua merupakan suatu yang salah atau buruk. Sedangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada orang tua merupakan suatu yang baik.

Aspek agama
Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anaka akan sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya. Berkaitan dengan hal tersebut, pendidikan disekolah dasar mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, pendidikan agama (pengajaran, pembiasaan, dan penanaman nilai-nilai) di sekolah dasar harus menjadi perhatian semua pihak yang terlibat.













KESIMPULAN
v  Anak bersifat unik. Masing-masing anak berbeda satu sama lain. Anak memiliki bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan masing-masing. Dengan demikian, meskipun terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak yang dapat diprediksi, pola perkembangan dan belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lain. Di samping memiliki universalitas, menurut Bredekamp (1987), anak juga memiliki keunikan tersendiri seperti dalam gaya belajar, minat, dan latar belakang keluarga. Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan. Perilaku yang ditampilkan anak umumnya relatife asli, tidak ditutup-tutupi. la akan marah, kalau memang mau marah; dan ia akan menangis, kalau memang mau menangis. la memperlihatkan wajah yang ceria di saat bergembira, dan ia memperlihatkan muka murung ketika bersedih hati, tak peduli dimana ia berada dengan siapa.
v  Anak bersifat aktif dan energik. Anak lajimnya senang melakukan berbagai akt ivitas. Selama terjaga dari tidur, anak seolah tak pernah berhenti dari beraktivitas, tak pernah lelah, dan tak pernah bosan. Terlebih lagi kalau anak dihadapkan pada suatu kegiatan baru dan menantang. Bagi anak, gerak dan aktivitas merupakan suatu kesenangan. Anak akan lebih tahan untuk melakukan sesuatu yang melibatkan gerakan fisik daripada duduk dan memperhat ikan sesuatu yang dijelaskan oleh guru. Lebih lanjut, aktivitas dan gerak fisik juga merupakan kebutuhan belajar dan perkembangan. Gerakan-gerakan fisik sangat esensial tidak hanya untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan fisik, tetapi juga untuk meningkatkan dapat meningkatkan banyak bidang perkembangan lainnya sosial, emosional, kreativitas, dan kognitif .
v  Anak itu egosentris. Dengan sifatnya yang egosentris, ia lebih cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Karena itu tidaklah heran kalau anak kadang masih berebut alat-alat mainan, menangis bila menghendaki sesuat u yang t idak dipenuhi o leh orang t uanya, at au memaksakan sesuatu terhadap orang lain. Karakteristik seperti ini terkait dengan perkembangan kognitifnya. Menurut Piaget, anak seusia ini (2 -7 tahun) sedang berada pada fase transisi dari fase praoperasional (2-7 tahun) ke fase operasional konkrit (7-11 tahun). Sementara pada fase praoperasional pola berpikir anak bersifat egosentrik dan simbolik, pada fase operasional konkrit anak sudah mulai menerapkan logika untuk memahami persepsi-persepsi. Menurut Berk (1988), anak yang berada pada masa transisi ini masih berpikir menurut kedua pola berpikir tersebut secara bergantian atau kadang-kadang secara simultan. Misalnya, ia mengetahui jawaban yang benar untuk sesuatu, tetapi tidak memahami logika di balik jawaban itu.
v  Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal. Karakteristik perilaku seperti ini terutama menonjol pada sekitar usia 4 -5 tahun. Karena itu adalah sangat lajim jika anak pada usia ini banyak memperhatikan, membicarakan, dan mempertanyakan berbagai hal yang sempat dilihat dan didengarnya, terutama terhadap hal-hal yang baru. Dengan karakteristik seperti ini, Peck, J.T., et al (1987) memandang masa anak usia dini ini sebagai masa yang bergairah untuk belajar.
v  Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang. Terdorong oleh rasa ingin tahu yang kuat terhadap segala hal, anak lajimnya senang menjelajah, mencoba, dan mempeiajari hal-hal baru. la senang membongkar pasang alat-alat mainan yang baru dibelinya. Kadang-kadang ia terlibat secara intens dalam memperhatikan, mempermainkan, dan/atau melakukan sesuatu dengan benda-benda yang dimilikinya.

v  Anak umumnya kaya dengan fantasi. Anak senang dengan hal-hal yang bersifat imajinatif. la kadang-kadang dapat bercerita melebihi pengalaman-pengalaman aktualnya atau kadang bertanya tentang hal-hal yang gaib sekalipun. Ini berarti bahwa cerita dapat merupakan suatu kegiatan yang banyak digemari oleh anak.
v  Anak masih mudah frustrasi. Umumnya anak masih mudah menangis atau mudah marah bila keinginannya tidak terpenuhi. Kondisi seperti ini terkait dengan s ifat. egosentrisnya yang masih kuat, sifat spontanitasnya yang masih tinggi, serta rasa empatinya yang masih relatif terbatas.Ø Anak masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu. Anak belum memiliki rasa pertimbangan yang matang, termasuk berkenaan deng an hal-hal yang membahayakan. Ini mengimplikasikan perlunya lingkungan perkembangan dan belajar yang aman bagi anak sehingga anak dapat terhindar dari kondisi-kondisi yang membahayakan.
v  Anak memiliki daya perhatian yang pendek. Anak lajimnya memiliki daya perhatian yang pendek, kecuali terhadap hal-hal yang secara intrinsik menyenangkan. la masih sangat sulit untuk duduk dan memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu yang lama. Menurut Berg (1988), sepuluh menit adalah waktu yang wajar bagi anak usia sekitar 5 tahun untuk dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara nyaman.
v  Anak merupakan masa belajar yang paling potensial. Masa anak usia dini kadang disebut golden age atau magic years. Diungkapkan oleh Brenner, B. (1990: 29), "Of all the ages and stages that children go through, no time seems to have more potential for learning than these early years". Guna mewujudkan pemahaman ini, sejak t ahun 1990-an bahkan NAEYC mengkapanyekan masa - masa awal kehidupan ini sebagai masa-masanya belajar dengan slogannya sebagai berikut, "Early Years are Learning Years".
v  Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman. Seiring dengan perkembangan keterampilan fisiknya, anak usia ini menjadi semakin berminat pada teman - temannya. la mulai menunjukkan kemampuan untuk bekerjasama dan berhubungan dengan teman-temannya. la sudah memiliki penguasaan sejumlah perbendaharaan kata yang cukup untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam memilih teman, mereka masih melakukannya terutama berdasarkan kesamaan aktivitas dan preferensi. Namun perlu diingat bahwa sikap egosentris anak pada usia ini kadang-kadang masih melekat pada sikapnya. Singkatnya, anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu prosesperkembangan dengan sangat pesat dan sangat fundament al bagi kehidupanselanjutnya. la memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari duniadan karakteristik orang dewasa. la sangat aktif, dinamis, antusias, dan hampir selaluingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, serta seolah-olah tak pernahberhenti "belajar".
v   
Berikut adalah daftar Karakteristik anak yang terjadi pada rentang usia 0–12 tahun:

Anak usia 0-5 tahun

o   Kemampuan Kognitif anak
o   Karakteristik Emosi
o   Kemampuan Nilai Agama anak
o   Karakteristik Social
o   Kemampuan Fisik Motorik anak
o   Kemampuan Bahasa anak
o   Kemampuan Seni anak
o   Kecerdasan Linguistik
o   Kecerdasan Logika Matematik
o   Kecerdasana Visual Special
o   Kecerdasan Interpersonal
o   Kecerdasan Intrapersonal (antar pribadi)
o   Kecerdasan Musikal
o   Kecerdasan Naturalis

Anak usia 6-12 tahun

ü  Anak usia 6-7 tahun
o   Mulai membaca dengan lancer
o   Cemas terhadap kegagalan
o   Peningkatan minat pada bidang spiritual
o   Kadang malu saat sedih

ü  Anak usia 8-9 tahun
o   Kecepatan dan kehalusan motoric meningkat
o   Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
o   Keterampilah lebih individual
o   Ingin terlibat dalam sesuatu
o   Menyukai kelompok dan mode
o   Mencari teman secara aktif

ü  Anak usia 10-12 tahun
o   Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh yang berhubungan
o   Mampu melakukan aktifitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur pakaian sendiri, dll.
o   Adanya keinginan anak untuk menyenangkan dan membantu orang lain.
o   Mulai tertarik dengan lawan jenis.














DAFTAR PUSTAKA

Internet :


http://www.slideshare.net/innaa123/karakteristik-perkembangan-anak-usia-dini-aud


Buku :
Hurlock, Elizabeth B. 1998. Psikologi Perkembangan, terj. Istiwidiyanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga

Anonym. 2007. Prinsip dan Praktek Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat PAUD

Syamsu yusuf, Psikologi perkembangan anak dan remaja, op, cit.hal.178

Lyndon saputra, Pegantar Psikologi,Batam,Interaksa,Hal. 153

Agus Dharma & Mickhael Andryanto, Pengantar Psikolog, Jakarta, Erlangga,hal. 101



Tidak ada komentar:

Posting Komentar